KATA-KATA PUJIAN, APAKAH PENTINGNYA?

Bagi seorang guru, seberapa sering Anda memberi pujian kepada murid-murid Anda? Kata-kata pujian seperti apakah yang Anda berikan kepada mereka?
Bagi para orangtua, apakah pentingnya memberi pujian pada anak-anak? Benarkah kata-kata pujian itu berpengaruh pada diri anak ?
Good job! Kata-kata itu (mungkin) pernah kita dengar saat guru atau orangtua memuji kegigihan anak-anaknya dalam belajar dan menyelesaikan pekerjaan rumahnya. Jamak pula ragam kata-kata pujian orangtua pada anaknya di sekitar lingkungan rumah kita: “ pinter tenan kowe, l e!” (Pintar sekali kamu, nak) ; “Kamu memang anak rajin!”; “Cerdas kamu!” dan lain-lain.
Pujian-pujian dari guru kepada muridnya, orangtua pada anaknya sungguh penting dan berarti bagi mereka. Kata-kata pujian adalah penyemangat . G uru dan orangtua tidak dibenarkan melabeli anak-anak dengan kata-kata: “Dasar anak bodoh!”; “Pemalas!” “Dungu!” dan lain-lain. Berikan pujian, terutama atas usahanya, kegigihannya, dan bukan semata karena kepintarannya. Mengapa?
Dalam jurnal psikologi berjudul “Praise for intelligence can undermine children’s motivation and performance”, Carol Dweck dan Claudia M. Mueller (1998) menyatakan bahwa pujian guru dan orangtua berpengaruh besar terhadap motivasi dan kinerja anak. Pada sebagian anak yang dipuji inteligensinya, motivasi dan kinerja anak menurun. Sedangkan pada anak-anak yang dipuji karena kegigihannya, menunjukkan peningkatan motivasi dan kinerja.
Mengapa bisa terjadi demikian? Padahal sebenarnya wajar-wajar saja bukan kita memberi pujian pada anak-anak kita, “Kamu genius!”, atau “Kamu memang anak pintar!”; lalu apakah bedanya?
Anak-anak yang dipuji inteligensinya berpegang pada bakat yang mereka punya, sehingga berorientasi pada hasil. Akibatnya, mereka tidak menghargai proses belajar, sehingga mudah menyerah saat menemui kesulitan. Parahnya lagi, apabila anak-anak ini jadi percaya bahwa kapasitas yang mereka hadapi terbatas dan hanya itu yang mereka punya. Bakat inteligensi dianggap sebagai fixed mindset (bawaan/ tetap).
Sedangkan anak-anak yang dipuji karena kegigihan atau upayanya lebih berorientasi pada proses belajarnya, bukan hasil semata. Anak-anak menjadi lebih menghargai seberapa besar usaha yang mereka lakukan. Anak-anak ini tetap yakin dan menikmati belajar, karena saat menemui kesulitan pun mereka akan memperlakukannya sebagai proses mempelajari sesuatu. Mereka tidak mudah menyerah saat menemui kesulitan, melainkan justru tertantang untuk menyelesaikannya. Mereka justru meningkatkan upayanya (kerja keras) dan mencari pembelajaran apa yang bisa mereka petik.

Dengan kata lain, mindset (pola pikir) bisa diubah, dapat dikondisikan. Salah satu faktor penting untuk mengubahnya adalah hadirnya orang-orang yang memiliki kekuatan besar untuk mengondisikan mindset anak, seperti orangtua, guru, dan tokoh-tokoh panutan.
Pujilah usaha anak. Pujilah kerja kerasnya. Pujilah proses belajarnya, maka anak akan jadi suka belajar, suka berusaha, tidak takut pada kesulitan, tidak anti kegagalan. Dengan begitu, anak tahu bahwa (hanya) melalui kegigihan menjalani proses belajar itulah, ia akan menemukan ke tingkat manakah kerja kerasnya dapat membawanya.
( Sumber: Iman S.A. Psikologi Positif . 2016: p.263-266)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Beragam Itu Keren

MERAJUT PERTIWI (YANG TERKOYAK)