Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2020

AGH, PENSIUN?

Gambar
"Niatnya persiapan pensiun; buat kue, tapi gak enaaak." Seorang ibu, di usia jelang pensiun, mengupload kue hasil olahannya, di FB. Hati saya meleleh. Kenapa? Wajarlah, karena ibu ini tidak terbiasa membuat kue, di luar pekerjaannya sehari-hari. (ilustrasi) www.liputan6.com Di belahan "negeri" yang lain, banyak pegawai senior yang tidak mempersiapkan apa-apa menjelang pensiunnya, kecuali menunjukkan muka masam dan mengeluh;  - "Tampaknya kita sedang disingkirkan!"  - "Kok, sekarang banyak merekrut anak muda?" - "Sungguh tidak manusiawi, masak aku diminta mundur sebelum pensiun?" Tidak bisa disangkal bahwa hampir setiap pegawai mengalami "kecemasan" menjelang usia pensiun. Definisi pensiun terlanjur mendekati perspektif tidak berdaya, tidak berguna, tidak produktif.  Sikap ini yang ditunjukkan kebanyakan orang. Bahkan sekalipun ia pensiun dengan ratusan juta pesangon.  Tetapi, aktivitas membuat kue, seperti yan

MASUK BENGKEL

Gambar
Dalam perjalanan ke kantor, saya dikejutkan dengan menyalanya lampu di sebelah kanan dan kiri di area layar speedometer. Saya tidak tahu secara persis apa penyebabnya, tetapi saya tahu ada yang tidak beres di kendaraan saya. Maka, saya segera menepi. Saya periksa secukupnya; gas masih bisa menyala seperti biasa. Sebenarnya agak khawatir juga, tiba-tiba mogok di tengah jalan, sementara jarak tempuh masih setengah perjalanan. Hingga akhirnya sampai di kantor tanpa kendala. Segera saya googling, tanda apakah lampu-lampu warna merah dan kuning yang tidak seperti biasanya itu. Intinya, ada beberapa bagian atau komponen yang kendur, tidak terpasang dengan baik, atau putus jaringan. Terbukti penunjuk spedometer mati. Untuk meyakinkan lagi, saya ceritakan kepada adik yang lebih tahu permesinan, dan dijawab singkat: "perlu service, mas!" Dalam perjalanan hidup, atau karir kita, terkadang kita diingatkan oleh tanda melalui "lampu-lampu" yang menyala tidak seperti biasanya

Tentangku

Gambar
Yohanes Budi Utomo Lahir di Purbalingga, tanggal 20 Mei.  Menyelesaikan studi filsafat-teologi di Universitas Sanata Dharma (tahun 2004), dilanjutkan studi Magister Management di Universitas Bunda Mulia (2014). Pernah terjun di dunia editing selama 3 tahun di sebuah penerbit di Jakarta (2005-2008).  Kemudian menekuni dunia pendidikan sebagai guru, lebih kurang 5 tahun. Dan, sejak tahun 2013 menekuni bidang pengembangan SDM di dunia pendidikan, sampai sekarang.  Di tahun 2007, mendirikan Komunitas Studi INSPICIO ( Inspiring The Civil Organism ) yang  concern  pada bidang kajian pendidikan dan humaniora.  Bersyukur telah terbit beberapa buku yang pernah dibidani, antara lain:  Mengenal Jati Diri  (Perca, 2008) ,  Tokoh Teater Indonesia  (Nobel Edumedia, 2010),  Jelajah Alam  (Nobel Edumedia, 2010), dan  Teater Tradisional Jawa  (Nobel Edumedia, 2010), serta Berpikir Positif  (Nobel: Jakata, 2011).  Sampai sekarang masih aktif menulis artikel populer dan sep

KINTSUGI

Gambar
Kintsugi adalah seni memperbaiki benda pecah belah, dengan emas. Wow. Emas? Iya. Adalah Ashikasa Yoshimasa, seorang shogun yang awalnya meminta pengrajin Jepang memperbaiki mangkuk teh yang pecah, agar menjadi lebih indah. Mangkuk pun diperbaiki, dan ditambal dengan emas. Hasilnya, di luar dugaan. Mangkok yang pecah, menjadi sangat indah dan bernilai tinggi. Apakah hikmat dari seni Kintsugi ini? Kintsugi dimaknai tidak sekadar menambal (memperbaiki) mangkok pecah dengan emas. Kintsugi, seni mengelola hidup. Merasa diri paling gagal, tidak berguna, atau tidak memiliki kemampuan seperti yang lain, terkadang muncul dan mengganggu. Pertanyaannya, mau kita terus menerus terpuruk? Tentu tidak. Paling penting bukan di "rasa merasa" itu, tetapi bagaimana menambal "retak-retak" nya. Dengan apa? - Gembirakanlah hati di setiap karya - Terbuka pada kritik dan menerimanya dengan senang hati - Tunjukkan karya dengan dedikasi, jika perlu: prestasi dan sederet hal lai