Pergi Ke Lain Dunia


Hari-hari belakangan, aku merasa tak betah tinggal di bumi. Tidak saja karena semakin panas karena menipisnya lapisan Ozon, tetapi juga menipisnya kesabaranku.

Secepatnya, aku ingin melihat luasnya dunia, aneka warna bunga, dan beragam bentuk mobil mainan dengan segala mereknya. Sini, beri aku sayap, maka akan kuterbangkan mimpi-mimpiku setinggi langit yang paling tinggi. Kibaskan pengharapan dengan semangat dan pengorbanan, niscaya akan bisa kulihat terang keajaiban.

Aku tak betah tinggal di bumi, yang serasa semakin asing dan tak bisa dikenali. Ia mengikis kearifannya sendiri. Alasannya karena bumi memang sudah semakin dalam terendam oleh air kesombongan.

Tahukah kamu, kalau selama ini aku hanya bisa menikmati diriku sendiri. Aku punya dunia sendiri. Di kamar ini. Di ponsel ini.

Agh, ya. Tak mungkin kalian (orang-orang dewasa) bisa mengerti yang aku rasakan. Sebab kalian berpikir dari kacamata kalian sendiri, tak pernah gunakan kacamataku. 


dokpri


Memang pernah ayahku gunakan kacamataku, dan sebaliknya aku gunakan kacamata ayahku. Tentu saja, ini kacamata biasa, bukan minus atau plus.

Tapi tak lama, ayah lepas kacamata kecilku. Aku hampir marah. Tapi aku lebih takut marahnya ayahku.

Aku memang tak bisa diam, kecuali di depan ponsel pintarku. Selebihnya, aku memimpikan dunia selain dunia, memberiku banyak mainan, juga kebahagiaanku.

Pergilah! Carilah...!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Beragam Itu Keren

MERAJUT PERTIWI (YANG TERKOYAK)